Gudang Bulog.net |
JAKARTA (PeNa)-Tekad Pemerintah Provinsi
Lampung memperkecil pengiriman gabah ke luar Lampung mulai membuahkan hasil.
Pengadaan beras di Lampung tercatat terbesar dalam sejarah, bahkan dalam
beberapa bulan menempati posisi pertama dari tujuh produsen utama beras
nasional.
Menurut data Perum
Bulog Divisi Regional (Divre) Lampung, yang dikutip dari liputan6.com, hingga Desember
ini pengadaan beras mencapai 137 ribu ton dari target 120 ribu ton. “Kami
optimistis hingga akhir 2016 mampu menembus angka 140 ribu ton. Ini pencapain
terbesar dalam sejarah Bulog Lampung, karena selama ini rekor penyerapan
tertinggi tercapai pada 2009 sebesar 122 ribu ton,” kata Kepala Perum Bulog
Divre Lampung Dindin Syamsudin di Bandar Lampung, Senin (5/12/2016).
Menurut data Perum Bulog Divisi Regional
(Divre) Lampung, hingga Desember ini pengadaan beras mencapai 137 ribu ton dari
target 120 ribu ton. “Kami optimistis hingga akhir 2016 mampu menembus angka 140
ribu ton. Ini pencapain terbesar dalam sejarah Bulog Lampung, karena selama ini
rekor penyerapan tertinggi tercapai pada 2009 sebesar 122 ribu ton,” kata
Kepala Perum Bulog Divre Lampung Dindin Syamsudin di Bandar Lampung, Senin
(5/12/2016).
Lompatan besar pengadaan itu, menurut Dindin, tak lepas dari
tekad pemerintahan Gubernur Muhammad Ridho Ficardo, untuk meningkatkan produksi
gabah. Sejak 2015, pemerintah pusat menargetkan kenaikan produksi gabah 1 juta
ton, sehingga di akhir 2016, produksi gabah Lampung mencapai 4,2 juta ton.
Pada 2015, target
pengadaan beras Lampung masih dipatok 80 tibu ton dan sering tidak tercapai,
sehingga Lampung selalu jadi juru kunci dari tujuh provinsi produsen utama
beras yakni Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera
Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Namun sejak April 2016, Lampung menduduki
urutan pertama penghasil beras dalam negeri. “Baru Desember ini Lampung di
posisi kedua di bawah Jawa Tengah,” kata Dindin.
Dukungan yang
diberikan Pemerintah Provinsi Lampung, menurut Dindin, berupa kebijakan
Gubernur Ridho yang tidak mengizinkan gabah keluar Lampung, selain beras.
“Kebijakan ini membuat aparat di lapangan berani bertindak tegas. Semakin
banyak beras yang keluar, makin banyak nilai tambah yang didapat masyarakat
Lampung,” kata Dindin.
Bulog juga
menggandeng organisasi petani seperti Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA)
dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) terjun ke petani menyerap gabah.
Kemudian, bersama Tim Serap Gabah (Sergab) yang dibentuk Tim Upaya Khusus
(Upsus) Padi, Jagung, dan Kedelai yang menggandeng aparat TNI agar menjual
gabah ke Bulog.
Atas prestasi itu,
kini Lampung menjadi pemasok rutin beras ke lima provinsi dari semula dua
provinsi yakni Bengkulu dan Jambi. Kini, selain ke Bengkulu dan Jambi, beras
asal Lampung dikirim ke Riau, Sumatera Utara, dan Aceh, sejak September 2016.
“Pola percepatan
penyaluran beras rakyat miskin atau raskin, juga turut membantu kenaikan
pengadaan beras. Penyaluran raskin di Lampung kini mencapai 99%. Ini semua tak
lepas dari kebijakan Gubernur Lampung yang mendorong agar Lampung lebih banyak
mengirim beras daripada gabah,” kata Dindin
Pages