BANDARLAMPUNG (PeNa)- Musyawarah Daerah Luar Biasa
(Musdalub) DPD I Partai Golkar Lampung cenderung transaksional pasalnya dua
kandidat calon pengganti Alzier Dianis Thabranie yakni Arinal Djunaidi dan
Loekman Djoyosoemarto diketahui bukan kader murni.Meski ada dua nama politisi
senior beringin, Riswan Toni dan Aziz Syamsuddin namun pengamat menilai hal itu
tidak lebih dari strategi politik partai untuk menghindari asumsi jika DPD
Lampung sudah tidak ada lagi kader murni yang mampu memimpin partai.
Direktur Eksekutif Masyarakat Transparansi Lampung (Matala),
Charles Alizie berpendapat sinyalemen adanya dugaan politik transaksional dalam
pemilihan Ketua DPD itu terlihat dengan didapuknya mantan Sekretaris Daerah
Provinsi (Sekdaprov) Lampung, Arinal menjadi ketua harian DPD Golkar Lampung
dan tidak ada satupun penolakan dari fungsionaris DPD dan loyalis ADT bahkan
untuk memuluskan skenario pencalonan Arinal, DPD memecat tiga ketua DPD II
dengan dalih pelanggaran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
" Ada skenario yang memang sengaja dibangun untuk
memuluskan Arinal menjadi ketua DPD, meskipun ada Loekman yang juga mendapat
rekom dari DPP, kekuatan finansial Loekman kalah jauh dengan Arinal yang
notabene didukung penuh oleh salah satu pemilik perkebunan tebu terbesar di
Lampung .Kendati muncul nama Riswan dan Aziz saya kira itu hanya untuk menutupi
malu Golkar jika mereka miskin kader," ungkap Charles, Senin 12 Desember
2016.
Dikatakan, adanya kompromi partai yang mengakomodir
kepentingan pengusaha dalam konteks memuluskan pencalonan Arinal akan menjadi
preseden buruk bagi Golkar serta krisis kepercayaan di tingkat akar rumput.
" Bukan rahasia lagi kita sama-sama tahu siapa yang
berperan di belakangnya Arinal, kalau bukan kekuatan pengusaha wanita tersebut
yang memback up Arinal, tentunya mantan Sekdaprov itu tidak akan mulus menjadi
Ketua DPD Id, ini akan sangat berpengaruh terhadap citra Golkar di akar rumput,
yang kita ketahui partai ini sangat kuat memegang aturan partai, namun adanya
polemik pencopotan ADT hingga Musdalub membuktikan jika beringin Lampung sudah
tunduk pada kekuatan luar yang membawa kepentingan kapitalis dalam usaha mereka
di Lampung," urainya.
Disinggung laporan Matala mengenai dugaan penyimpangan yang
dilakukan Arinal saat menjabat Sekdaprov, Ia mengatakan seharusnya menjadi
pertimbangan DPD II untuk tidak memilih calon Ketua yang disinyalir bermasalah
dengan hukum.
" Laporan itu akan tetap kita pantau, dan kami sadar
jika kami berhadapan dengan pihak yang mempunyai nilai kekuatan uang yang mampu
mengintervensi penyidik, bahkan intimidasi yang diduga di lakukan oknum
pengusaha itu dengan mengutus oknum aparat sudah kerap kali dilakukan, mestinya
DPD II berfikir dua kali untuk memilih Ketua yang hanya jadi boneka pengusaha
wanita itu,"tandasnya.
Terpisah, salah satu politisi senior Partai Golkar yang juga
kandidat Ketua DPD I, Aziz Samsudin saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon
mengatakan secara Anggaran Dasar dan Angggaran Rumah Tangga (AD/ART) Golkar
merupakan partai kader kendati demikian Partai memberikan diskresi bagi pihak
lain yang ingin masuk dalam struktur kepengurusan bahkan Ketua DPD sekalipun.
“Partai ini memang Partai kader tapi secara
AD/Art dan Peraturan organisasi memberikan diskresi calon diluar kader untuk
maju dan menurut saya itu posisif. Silahkan saja maju jika memang terpanggil
untuk membangun Lampung melalui partai golkar,”ucapnya.
Namun Aziz menyayangkan jika tujuan dari kandidat
mencalonkan diri menjadi Ketua DPD I Lampung hanya untuk kepentingan pada
Pemilihan Kepala daerah (Pilkada ) pada tahun 2018 mendatang.
Jika tujuannya hanya untuk mencari perahu pada Pilkada mendatang, itu sama saja akan merusak tujuan dan perjuangan kaderisasi Parttai Golkar,tegasnya.
Ia berharap pelaksanaan Musdalub mendatang merepresentasikan demokrasi yang yang unggul dan bersih dalam tujuan untuk mensejahterakan masyarakat Lampung melalui Partai Golkar, namun adanya kekhawatiran akan muncul kepentingan tertentu yang dibawa oleh salah satu calon guna mengamankan perahu pada Pilgub mendatang menurutnya sangat wajar.
Jika tujuannya hanya untuk mencari perahu pada Pilkada mendatang, itu sama saja akan merusak tujuan dan perjuangan kaderisasi Parttai Golkar,tegasnya.
Ia berharap pelaksanaan Musdalub mendatang merepresentasikan demokrasi yang yang unggul dan bersih dalam tujuan untuk mensejahterakan masyarakat Lampung melalui Partai Golkar, namun adanya kekhawatiran akan muncul kepentingan tertentu yang dibawa oleh salah satu calon guna mengamankan perahu pada Pilgub mendatang menurutnya sangat wajar.
“Wajar saja jika ada kekhawatiran jika Musdalub
hanya digunakan untuk mengamankan perahu pada Pilgub,
kita doakan lah semoga pada Musdalub nanti tercipta proses demokrasi yang
benar-benar unggul dan tujuannya untuk kesejahteraan masyarakat Lamoung melalui
partai golkar,ucapnya.
Mengenai kesiapannya untuk maju menjadi Ketua DPD I, Aziz
masih melihat perkembangan yang terjadi dan juga menyerahkan persoalan itu kepada
pinisepuh dan ketua-ketua DPD II.
“Ya saya masih melihat perkembanganlah, dan menyerahkankepada para sesepuh
partai juga rekan-rekan DPD II serta organisasi sayap,katanya.
Disinggung adanya dukungan finansial dari pengusaha
gula terbesar di Lampung terhadap salah satu kandidat Ketua DPD yakni Arinal
Djunaidi, Aziz mengaku heran karena dari informasi yang Ia ketahui justru
pengusaha tersebut mendukung Gubernur Lampung saat ini M,.Ridho Ficardo.
Lho bukannya pengusaha gula itu memback up si Ridho Gubernur incumbent,”ungkapnya.
Lho bukannya pengusaha gula itu memback up si Ridho Gubernur incumbent,”ungkapnya.
Sementara Sekretaris Umum DPP Partai Golkar Idrus Marha,
ketika akan dikonfirmasi melalui sambungan telepon meski dalam keadaan aktif
tidak menjawab, bahkan pesan singkat yang dikirimkan tidak di balas.(BG)
Pages