Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKBMuhaimin Iskandar berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan isu SARA (Suku, Agama dan Ras) dan radikalisme semakin marak di Indonesia.
Politisi yang akrab disapa Cak Imin itu mengatakan, saat ini sulit sekali untuk mendapatkan informasi atau berita yang sudah terverifikasi kebenarannya.
Akibatnya, masyarakat dijejali dengan penyebaran berita hoax bahkan ujaran kebencian.
Hal tersebut diperparah dengan adanya fenomena silent majority, di mana kelompok moderat cenderung memilih diam.
"Sekarang ini informasi yang sudah terverifikasi sulit didapat. Ditambah lagi dengan adanya fenomena silent majority," ujar Cak Imin dalam diskusi 'SARA, Radikalisme dan Prospek Ekonomi Indonesia 2017' di Graha CIMB Niaga, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (23/1/2017).
Faktor lain yang menyebabkan radikalisme, lanjut Cak Imin, adalah lemahnya pengajaran agama yang bersifat moderat di kota-kota besar, khususnya Jakarta.
Pengajaran agama melalui pesantren hanya berkembang di desa-desa.
Sementara itu, Cak Imin menyebut bahwa tokoh-tokoh agama yang muncul di televisi justru tidak memiliki landasan agama yang kuat.
Menurut dia, tokoh-tokoh tersebut cenderung berkarakter selebritis ketimbang agamawan.
"Tokoh agama yang paham agama tidak pernah ditampilkan di televisi. Yang sering muncul justru tokoh agama berkarakter selebriti. Mereka yang dominan tampil di televisi," katanya.
Melihat maraknya radikalisme, Cak Imin menegaskan bahwa PKB dan Nahdlatul Ulama (NU) akan menjadi tumpuan agama Islam yang penuh kasih sayang dan damai.
Melalui gerakan Indonesia berdakwah, ia berharap semakin banyak dai-dai yang lebih ramah, merangkul, mengajarkan akhlakul karimah dan mencerdaskan umat.
"Insya Allah NU dan PKB akan menjadi penjaga bangsa, karena itu sinergi harus dilakukan. Supaya suara silent majority ini lebih lantang," tuturnya.