PESAWARAN (PeNa)-Pengerjaan proyek jalan di Kabupaten Pesawaran kurang memenuhi standar, tingkat ketebalan yang tidak sesuai dengan ketentuan menjadi objek pemeriksaan  tim Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)  perwakilan Lampung.

Otomatis dengan tidak berkualitasnya jalan di Pesawaran tersebut memicu dugaan jika rekanan yang mengerjakan tidak mengacu pada kontrak serta lemahnya pengawasan dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) dalam proses lelang.

Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan Pemukiman Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Kabupaten Pesawaran,   Mahendra Syah Dhevy saat ditemui di lokasi memastikan jika BPK akan menemukan ketidaksesuaian pada ketebalan pekerjaan tersebut.

"Pasti ada temuan, kan kalian lihat sendiri tadi hasil kordnya. Sample yang diambil ketebalannya segitu (sekitar 1,5cm), " kata dia, Rabu (15/2).

Menurutnya, ketebalan jalan seharusnya empat senti meter dan minimumnya adalah tiga koma dua senti meter. "Untuk standar ketebalan jalan yang dibangun maksimum empat senti meter dan minimum tiga koma dua. Nah kalau yang tadi itu paling sekitar dua senti meter, " ungkapnya.


Pemeriksaan oleh empat pegawai BPK Perwakilan Lampung tersebut dilakukan secara acak (random) di Desa Roworejo, Desa Halangan Ratu dan Desa Kagungan Ratu Kecamatan Negeri Katon. Dan proyek jalan tersebut, satu dari Bina Marga dan tiga dari Cipta Karya Dinas PU Kabupaten Pesawaran.

"Ya tadi yang diperiksa itu, satu dari Bina Marga dan Tiga dari Cipta Karya, " ujar Mahendra yang akrab disapa Mahes.

Dijelaskan dia, ada tiga faktor penyebab cepat rusaknya jalan aspal. Pertama adalah pemadatan kurang,  kedua kadar aspal kurang dan ketiga ketebalan aspal kurang. "Tiga penyebab cepat rusaknya jalan, yakni pemadatan kurang, kadar aspal kurang dan ketebalan aspal kurang, " pungkas dia.

Pantauan dilapangan, saat mesin kord melakukan sample matrial jalan ternyata ketebalan sekitar satu senti meter sampai dua setengah senti meter. Sayangnya, pihak tim BPK enggan dimintai keterangan dengan alasan tidak bisa. Ditanya namanya siapa, pun yang bersangkutan tidak menjawabnya. "Kami tidak bisa memberi keterangan, Mas, " kata wanita berjilbab yang mengaku sebagai ketua tim BPK.

Rombongan tim pemeriksa menumpang tiga mobil. Mobil pertama Toyota Innova warna putih berisikan empat pegawai BPK, kedua mobil grand Daihatsu pick-up dengan mengangkut peralatan dan kord dengan tulisan dilambung kanan dan kiri Komite Akreditasi Nasional (KAN)  Universitas Bandar Lampung, laboratorium pengujian tekhnik sipil aspal beton tanah survey. PeNa-spt.