Ada fenomena, mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di luar negeri kebingungan, apakah berkarir di negara tempat mereka belajar atau kembali ke Indonesia. Menko Perekonomian Hatta Rajasa meminta para pelajar RI pulang ke Indonesia. Mengapa?

\\\"Dengan master plan Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), tampaknya Saudara harus pulang karena begitu banyaknya pekerjaan menanti,\\\" ujar Menko Perekonomian Hatta Rajasa.

Hal itu disampaikan Hatta saat menjadi keynote speaker di Simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) se-Dunia di Hotel Citrus, Jalan Tiong Nam, Kuala Lumpur, Malaysia (17\/2\/2012).

Sebenarnya, mau berkarir di negara tempat belajar atau kembali ke Indonesia, sama-sama baik asalkan berkontribusi bagi negaranya.

\\\"Ada dua pendekatan sangat menarik bisa kita jadikan pembelajaran. Seperti Malaysia tahun 70-an menyekolahkan ribuan pelajarnya ke luar negeri termasuk Indonesia,\\\" jelas Hatta.

Setelah sekolah ke luar negeri, para pelajar itu kembali ke negara asalnya dan membangun Malaysia. \\\"Kita lihat 20-30 tahun kemudian melihat Malaysia seperti ini,\\\" imbuhnya.

Pendekatan kedua, adalah India. India banyak menyekolahkan warganya ke luar negeri. Namun, pemerintah India tak cukup banyak menyediakan lapangan pekerjaan bagi sarjana lulusan luar negeri ini sehingga mereka berkarir di negara tempat mereka belajar.

\\\"Dan mereka tinggal selama puluhan tahun di lndonesia. Sepertiga orang yang bekerja di Sillicon Valey adalah orang India. Ketika pemerintahannya siap, mereka kembali dan membangun negaranya,\\\" jelas Hatta.

Sekolah di luar negeri, imbuh Hatta, pada saat yang tepat bisa membanguj jaringan, berkomunikasi melalui teknologi real time, membagi ide dan bisa berbuat apapun dari negara tempat belajar pada Indonesia.

Sebelumnya Menko Perekonomian Hatta Rajasa yang membuka Simposium PPI se-Dunia pada 16 Februari 2012 kemarin berpesan agar PPI menjadi masyarakat global yang tangguh. Hatta pun memberikan 4 ciri-ciri masyarakat global.

Pertama, tiap saat siap bersaing kompetitif. Mampu berkompetisi seketat apapun. Kedua, mampu mengembangkan diri, networking dalam perkembangan dunia.

Ketiga, inovatif. Menjadi masyarakat pembelajar dan pengetahuan, memiliki kemampuan melakukan perubahan dan selalu berpikir positif dan selalu melihat ke depan. Keempat, memiliki kemampuan beradaptasi agar tidak tersingkir.

\\\"Dinosaurus makhluk yang perkasa punah bukan karena tidak kuat, tapi tak mampu beradaptasi pada perubahan. Manusia yang tak mampu adaptasi maka akan tersingkir,\\\" jelas Hatta.

\\\"Kita tidak ingin perubahan linier, kita ingin perubahan eksponensial meluncur dengan perubahan kuantum. Dengan ini saya nyatakan Konser PPI dibuka,\\\" tandas Hatta yang didampingi beberapa fungsionaris Partai Amanat Nasiona (PAN) seperti Bima Arya Sugiarto, Tjatur Sapto Edy dan Eko Patrio.