“ Bukan rahasia lagi jika
Arinal mempunyai kedekatan dengan Nyonya Lee, ,masih segar dalam ingatan kita
ketika Lee hadir pada saat arinal akan dilantik menjadi Sekdaprov,” ungkap
Ketua Presidum Forum Demokrasi Lampung (ForDeLa), Feri Novianto dalam pers
release kepada PeNa, Selasa 13 Desember 2016.
Dia memastikan,
pencalonan Arinal sebagai Ketua DPD I mendapat dukungan penuh oleh SGC terutama
dari segi finansial, alhasil kader beringin Lampung yang awalnya lantang untuk maju
pada Musdalub, satu persatu mundur teratur.
Lee Purwati Vice Presiden PT. Sugar Grup Companies (SGC) Saat Menghadiri Pelantikan Arinal Djunaidi sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Lampung |
“ Sudah bukan rahasia lagi jika pencalonan Ketua DPD I itu kuat dugaan transaksional, kompromi politik yang dilakukan untuk memuluskan Arinal menjadi Ketua DPD I perlu ongkos politik dan itu bukan sedikit, lihat saja satu persatu kandidat yang katanya akan mencalonkan diri lambat laun mundur, bahkan Aziz Samsudin sekalipun mundur,”katanya.
SGC yang dikenal sebagai
donatur sejunlah politisi di Lampung,imbuhnya perlu mengamankan sejumlah aset
di Provinsi Lampung, naiknya Arinal menjadi Ketua DPD I merupakan bagian dari proses
menuju Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2018) mendatang dan hal itu pernah dilakukan
pada Pilgub lalu saat SGC memberikan dukungan penuh pada pasangan Ridho
Bachtiar.
“ Pada Pilgub lalu pun
seperti itu di bulan juni 2013 saat sosialisasi pencalonan Ridho di Pasar Unit
II Tulang Bawang Nyonya Lee turut hadir untuk memberikan dukungan, nah saat ini
bukan tidak mungkin posisi Ridho sudah digantikan Arinal, logikanya jika bukan
SGC yang berada di belakang Arinal belum tentu bisa terjadi Musdalub
besok,”urainya.
Dia berpendapat, hampir
disetiap Pilkada SGC selalu memainkan peran untuk meloloskan kandidat kepala
daerah yang telah didukung apalagi jika daerah tersebut terdapat lahan
perusahaan yang notabene berkaitan dengan Hak Guna Usaha dalam perkebunan tebu.
“ Ada indikasi yang
mengarah kesana, di beberapa daerah seperti Tulang bawang dan Tulang bawang Barat,
dominasi SGC sangat luar biasa karena di lokasi itu tersebar perkebunan tebu
milik SGC, tentunya untuk mengamankan HGU ataupun aset perusahaan, SGC harus membangun
komitmen dengan calon kepala, hal ini tentunya tidak dapat ditolak oleh calon
Bupati karena yang ditawarkan oleh SGC dalam membantu pencalonan itu dana tanpa
batas,”urainya.
Adanya kompromi yang
dibangun itu,kata Ferry menjadi potret buram wajah demokrasi di Provinsi
Lampung, kuatnya intervensi kapitalis membuat birokrat dan politisi bumi rua
jurai tersandera dengan kepentingan golongandan pihak-pihak tertentu.
“ Sebenarnya bukan hanya
politisi dan birokrat, media sekalipun tidak mampu menahan nafsu saat ditawarkan
bentuk kerjasama baik melalui advertorial mapun iklan dan kerjasama itu bukan tanpa
komitmen, membangun opini positif tentang SGC iduga menjadi salah satu syarat
kerjsama dengan media, jadi jangan heran ketika Pilgub lalu ada beberapa rekan
media yang tidak netral dan secara terang-terangan mendukung salah satu calon,
Ini lah yang terjadi di Provinsi Lampung saat ini, Musdalub Golkar menjadi
ajang pemanasan menuju Pilgub 2018,”katanya.
Adanya dugaan pemalsuan
ratusan ribu hektar lahan perkebunan oleh SGC dan sejumlah konflik yang terjadi
mengenai HGU maupun indikasi penyerobotan lahan,tambahnya tidak membuat DPP
serta DPD II berfikir dua kali untuk mengakomodir kepentingan perusahaan milik
Yusuf Gunawan itu dengan tetap memilih Arinal sebagai Ketua DPD I Golkar
Lampung.
“ SGC itu kan bukan
perusahaan yang tanpa masalah, jika kader golkar Lampung masih memiliki hati
nurani tentunya mereka tidak memilih Arinal sebagai Ketua DPD yang notabene
mendapat dukungan penuh dari Nyonya Lee, apalagi saat ini pun Arinal sedang
tersandung kasus saat menjabat sebagai Sekdaprov. Namun semua itu kan pilihan
DPD II dan organisasi sayap yang memiliki hak suara adanya Musdalub dan
aklamasi Arinal itu tentu belum tentu berpengaruh positif terhadap akar rumput,”tutupnya.(BG)
Pages