Perusahaan pemilik jaringan toko kopi internasional Starbucks Corp, berencana merekrut 10.000 pengungsi sebagai karyawannya, dalam 5 tahun ke depan. Rekrutmen ini dilakukan di 75 negara di dunia.


CEO Starbucks, Howard Schultz, mengumumkan kebijakan ini dua hari setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, melarang pengungsi masuk ke AS. 
Hari Jumat lalu, Trump membuat aturan melarang pengungsi dan pelancong dari Suriah dan 6 negara yang penduduknya mayoritas muslim, masuk ke AS. Menurut Trump, kebijakan ini dilakukan untuk menghindari warga AS dari serangan teroris. Adapun negara yang warganya ditolak masuk AS adalah Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman.
Kebijakan Trump ini memicu kritikan yang luas di dunia internasional, mulai dari aktivis kemanusiaan sampai gugatan hukum.
Dalam suratnya, Schultz mengatakan, Starbucks akan melakukan apapun untuk mendukung para karyawan yang terkena kebijakan Trump ini.
Rencana perekrutan ini diumumkan hari Minggu kemarin, dan akan dimulai di AS, dengan fokus kepada individu yang pernah melayani pasukan tentara AS sebagai penerjamah.
"Kami akan memulai usaha ini di AS dengan fokus merekrut mereka yang melayani tentara AS sebagai penerjemah," kata Schultz dilansir dari AFP, Senin (30/1/2017).
Schultz juga membela Meksiko dari rencana yang dilakukan Trump, mulai dari membatasi imigran, membangun dindin di perbatasan, hingga menerapkan pajak impor 20% terhadap barang dari Meksiko.
"Bangunlah jembatan, bukan dinding terhadap Meksiko," kata Schultz.
Schultz merupakan orang yang dekat dengan Hillary Clinton, dan merupakan pendukung Partai Demokrat.